Entah karena faktor kesibukan,
lifestyle, atau termakan iklan, banyak di antara kita yang mulai menggeser
kebiasaan mengkonsumsi buah segar dengan sesuatu yang lebih praktis: sari buah
siap minum.
Sayangnya, jangankan mengamati nutrition facts, mencermati label bagian
depannya pun jarang sekali kita lakukan ya? Padahal, bisa jadi kita sudah
merogoh kocek cukup dalam, tetapi justru tidak memperoleh manfaat yang
diharapkan.
Nah, tahukah Anda, label “sari
buah (juice)”, “minuman sari buah (juice drink)”, dan “minuman rasa buah (fruit flavoured drink)”, merupakan tiga
kategori yang berbeda. BPOM sebagai lembaga yang berwenang dalam pengaturan
pangan di Indonesia telah mengatur ketentuan penggunaan ketiga label tersebut
sejak tahun 1991 melalui Keputusan Dirjen POM No. 02240/B/SK/VII/1991 tentang
Pedoman Persyaratan Mutu Serta Label & Periklanan Pangan. Klasifikasi ini
kemudian diserap ke dalam SK Kepala BPOM No. HK.00.05.52.4040 tahun 2006
tentang Kategori Pangan yang masih diberlakukan hingga sekarang. Ketiga
kategori tersebut dibedakan berdasarkan kandungan sari buah di dalamnya.
Berdasarkan SK tersebut, produk
berlabel “sari buah” diharuskan merupakan 100% sari buah. Penambahan air, gula,
& bahan baku lain diperbolehkan jika sari buah tersebut diperoleh dari
konsentrat (sari buah yang telah dipekatkan melalui proses pemanasan). Jenis
ini dikenal dengan sebutan sari buah rekonstitusi. Penambahan air & bahan
baku lain ini tidak boleh merubah komposisi alami sari buah yang dimaksud.
Sementara, label “minuman sari
buah” hanya dipersyaratkan mengandung sari buah minimal 35%. Sekarang mari
gunakan logika bisnis. Jika menambahkan 35% sari buah saja sudah bisa mengklaim
produknya berlabel “minuman sari buah” yang notabene terdengar tidak jauh
berbeda dengan “sari buah”, untuk apa mereka menambahkan sari buah sampai 80%
yang jelas-jelas akan meningkatkan biaya produksi?
Lain lagi dengan “minuman rasa
buah (fruit flavoured drink)”. Kategori ini hanya dipersyaratkan mengandung
sari buah minimal 10%, karena dalam hal ini sari buah hanya berperan sebagai
komponen perasa.
Beberapa produk memang memberikan
nutrisi tambahan seperti vitamin, mineral, serat, dan sebagainya. Tetapi, tentu
saja pada akhirnya nutrisi yang terkandung dalam produk tersebut menjadi
berbeda dengan nutrisi dalam buah segar. Produsen tentu boleh mengklaim
memenuhi 100% kebutuhan vitamin C dalam sehari, tetapi apakah juga menyediakan
serat dalam jumlah yang seimbang?
Hal lain yang perlu dicermati juga
adalah kandungan gula. Umumnya sari buah atau minuman sari buah memiliki
kandungan gula cukup tinggi. Jika Anda sedang dalam program diet, baiknya pilih
produk yang less sugar atau unsweetened. Perlu diingat juga bahwa
less sugar bukan berarti sama sekali tidak mengandung gula, melainkan hanya
dikurangi dari jumlah normalnya.
Akhirnya, asupan buah segar tetap
penting meskipun kita sudah mengkonsumsi produk olahan buah siap minum. Jika
pun terpaksa menggantinya dengan produk siap saji, pastikan Anda memilih produk
berlabel “sari buah” untuk memperoleh manfaat lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar