Witing tresna jalaran saka kulina. Begitulah kira-kira yang terjadi
dengan saya pada kopi. Pagi saya tidak akan lengkap tanpa refreshment drink
yang satu itu. Ya, kita semua tau bahwa kafein dalam secangkir kopi memberikan
efek simultan psikoaktif atau memberi efek “jaga” (alert), sehingga membuat
kita merasa lebih bersemangat. Dan, bukan hanya tresna, akhirnya saya mulai
kecanduan. Nah, usut punya usut, ternyata kafein dalam kopi
mengganggu penyerapan mineral dalam tubuh lho, terutama kalsium. Waduh, kalo
gitu harus mulai dikurangi dong ya?
 |
|
Tidak hanya di
dalam kopi, kafein juga sebenarnya terkandung dalam teh, cokelat, serta minuman
kola. Bahkan teh sebetulnya mengandung kafein lebih besar dibanding kopi,
mencapai 2-4%, sementara kopi hanya 1,1-2% bobot kering. Meskipun demikian,
karena jumlah kopi yang dibutuhkan untuk membuat secangkir kopi lebih banyak
dibanding jumlah teh pada takaran yang sama, maka kadar kafein pada secangkir
kopi menjadi lebih tinggi dibanding secangkir teh. Secangkir kopi instan
mengandung kafein 62-75 mg/cangkir, lebih rendah dibanding kopi yang diseduh
dengan sistem saring-tetes (filter-drip)
yaitu 85-140 mg/cangkir, tetapi masih lebih tinggi dibanding secangkir teh yang
hanya mengandung 9-70 mg kafein per
cangkir. Kopi robusta mengandung kafein dalam jumlah lebih besar dibanding
arabika.
Konsumsi kafein
dalam jumlah normal memang membantu memberikan efek psikoaktif sehingga kita merasa lebih berenergi.
Prof. Dr. Ali Khomsan, seorang Pakar Gizi dari IPB menyebutkan bahwa konsumsi
kafein sebanyak 150-250 mg per hari dapat mengurangi kelelahan, menstrimulir
pancaindera, dan meningkatkan aktivitas motorik tubuh. Meskipun demikian,
konsumsi 250-500 mg kafein per hari dapat menyebabkan sakit kepala, tubuh
gemetar, perasaan gelisah, dan gugup. Konsumsi kafein lebih tinggi lagi ternyata
dapat menimbulkan kafeinisme, yaitu gejala keracunan kafein seperti insomnia,
sakit kepala, tubuh gemetar, perasaan gelisah, gugup, dan mudah tersinggung.
Beliau juga
menambahkan, kopi yang diminum sewaktu makan dapat meningkatkan pembuangan
kalsium dari tubuh. Konsumsi kafein > 300 mg/hari dapat menyebabkan
kehilangan kalsium dari tulang (bone loss)
menjadi lebih tinggi. Sementara, ternyata tidak semua kalsium yang terkandung
dalam makanan dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Ini bergantung pada ketersediaan
biologisnya (bioavailabilitas), yaitu proporsi kalsium yang dapat diserap untuk
digunakan dalam metabolisme tubuh terhadap kalsium yang dikonsumsi. Rata-rata
orang dewasa hanya mampu menyerap 25% dari jumlah kalsium yang dicerna.
Persentase ini dapat meningkat jika kebutuhan kalsium tubuh tinggi, misalnya
pada remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan wanita hamil. Kemampuan kita
menyerap kalsium juga semakin menurun selama proses penuaan.
Kebayang kan, kurang
asupan kalsium, ditambah rendahnya penyerapan dan kehilangan yang berlebihan,
tentu berkontribusi terhadap defisiensi kalsium. Selain menyebabkan
osteoporosis, defisiensi kalsium ternyata juga berkaitan dengan kejang
(tetani), hipertensi, kanker kolon, serta obesitas.
Osteoporosis
sendiri terjadi akibat resorpsi (pelepasan) kalsium tulang lebih besar daripada
formasi (pembentukan) kalsium tulang. Kalsium yang dilepaskan dari tulang
digunakan kembali oleh tubuh untuk berbagai macam keperluan, seperti pengiriman
impuls syaraf ke seluruh bagian tubuh, penyimpanan & pelepasan hormon,
penyerapan & penyimpanan asam amino, pengaturan sekresi asam lambung,
menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan sebagainya. Osteoporosis lebih banyak
terjadi pada wanita dibanding pria karena wanita mengalami fase penurunan
esterogen yang membantu penyerapan kalsium pada plasma darah, khususnya pada
masa menopause. Selain itu, ternyata orang kulit putih (kaukasia & asia)
seperti kita lebih beresiko mengalami osteoporosis daripada orang kulit
berwarna (Afrika) karena massa tulangnya lebih kecil.
Karena itu, jika pun
sudah terlanjur jatuh cinta, atau bahkan kecanduan dengan kafein, disarankan konsumsinya
hanya pada level sedang (< 300 mg/hari), atau setara dengan 475 mL kopi
seduh, 946 mL teh seduh, atau 355 mL soft drink yang mengandung kafein seperti
kola. Mengonsumsi bahan pangan tinggi kalsium tentu akan lebih baik lagi untuk
memastikan kebutuhan tubuh kita tercukupi. Sumber kalsium dalam bahan pangan
yang memiliki bioavailabilitas tinggi adalah susu dan hasil olahannya, seperti
keju dan yoghurt. Pangan sumber kalsium lain di antaranya sayuran berdaun hijau
seperti kangkung, bayam, dan daun lobak cina; brokoli, kubis, kecambah, dan
makanan yang difortifikasi kalsium seperti sereal dan jus buah.